Berbicara soal perkuliahan tujuan pelajar Indonesia di Maroko, maka tak terlepas dari dua lembaga model pendidikan; Ta’lim ‘aly dan Ta’lim ‘Atiq. Dua lembaga ini meskipun mempunyai kedudukan yang sama dan kekuatan legitimasi yang juga sama, namun nyatanya terdapat bangak perbedaan yang terkadang justru amat
kontras. Namun di sinilah istimewanya Maroko. Dengan pengelolaan dan manajemennya yang bagus, lembaga-lembaga ini mampu menjadi investasi bagi masa depan bangsanya, terutama dunia keilmuan Islam.
Dan berikut ini adalah 5 perbedaan yang paling mencolok antara Ta’lim ‘Aly dan Ta’lim ‘Atiq:
1. Kelembagaan
Perbedaan pertama yang kita soroti adalah perbedaan dalam hal kelembagaan. Terdapat 14 universitas di seluruh Maroko yang masuk dalam lingkup Ta’lim ‘Aly. Berdasarkan pendidikan di universitas yang dilakukan sejak tahun akademik 2003/2004, Ta’lim ‘Aly menjalankan aturan pedagogi berdasarkan pada sistem Sarjana, Pasca Sarjana, dan Doktoral yang diselenggarakan dalam bentuk fakultas, jurusan dan modul. Sedangkan Ta’lim ‘Atiq sebenarnya merupakan lembaga pendidikan yang bertingkat mulai dari jenjang TK (Awwaly), SD (Ibtidaiy), SMP (I’dady), SMA (Tsanawy) hingga perkuliahan atau program Sarjana (Nihai/ Jami’i). Dan tidak semua Ta’lim ‘Atiq mempunya jenjang-jenjang tersebut secara lengkap, ada yang hanya mempunyai jenjang SMP dan SMA saja, ada yang SD sampai SMA, dan sebagainya. Jika ditarik kesimpulan,Ta’lim ‘Aly adalah universitas sebagaimana tempat mereka yang telah lulus tingkatan SMA, sedangkan Ta’lim ‘Atiq merupakan kesatuan lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga menengah yang juga mempunyai jenjang perkuliahan berupa program Sarjana.
2. Jalur yang Bisa Ditempuh
Untuk menempuh dua lembaga tersebut, ternyata pelajar Indonesia harus melewati jalur yang juga berbeda. Ta’lim ‘Aly sebagai buah kerjasama resmi antar pemerintah Indonesia-Maroko hanya bisa ditempuh melalui jalur seleksi yang diselenggarakan oleh Kemenag (Kementerian Agama) Republik Indonesia. Setiap tahun Kemenag memberangkatkan 15 delegasi untuk menerima beasiswa di kampus Ta’lim ‘Aly. Sedangkan Ta’lim ‘Atiq yang merupakan buah kerjasama non resmi bisa ditempuh melalui lembaga kerjasama, seperti PBNU, Pesantren Diniyyah Putri Padang Panjang, dan Pesantren Dar al Mughni al Maliky Bogor. Untuk banyaknya delegasi yang dikirim pun beragam, bahkan cenderung meningkat setiap tahunnya.
3. Seleksi Masuk Kampus
Di kampus-kampus Ta’lim ‘Aly, kita diberikan kebebasan untuk memilih kampus kota mana yang ingin kita tempati, meskipun pada akhirnya keputusan akan tetap berada di tangan AMCI (Agence Marocan Cooperation International). Dan tanpa dites terlebih dahulu Kita bisa langsung masuk di program sarjana semester 1. Sedangkan untuk masuk jenjang kuliah atau program sarjana di Ta’lim ‘Atiq harus melalui seleksi ketat berupa hafalan alquran, baca kitab, gramatika bahasa arab, muhadatsah, dan pengetahuan keagamaan. Jika gagal dalam tes seleksi masuk, maka kita harus rela masuk di jenjang Tsanawy (setara SMA), atau bahkan ‘Idady (setara SMP). Dan di jenjang-jenjang ini kita tak boleh langsung kelas tiga atau hanya mengikutinya dalam waktu satu tahun, tapi harus menjalaninya mulai dari kelas satu. Namun sebagian Ta’lim ‘Atiq mempunyai kebijakan program mustami’ / tamhidy (kelas persiapan) selama satu tahun sehingga kita tidak perlu menunggu hingga tiga tahun untuk masuk jenjang kuliah.
4. Sistem Perkuliahan
Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa Maroko memberlakukan program Sarjana di seluruh Universitas dengan standar 3 tahun. Bedanya, Ta’lim ‘Aly memberlakukan sistem semester dengan berbagai pilihan fakultas dan program studinya. Awal semester jumlah mata kuliah sebanyak 8 dan disampaikan oleh dosen dalam sebuah ruangan yang luas berisikan 100 mahasiswa lebih. Sedangkan Ta’lim ‘Atiq memberlakukan sistem tahun atau kelas (kelas satu, dua dan tiga) dan hanya mempunyai jurusan Dirasat Islamiyyah saja. Dari segi mata kuliah, jumlahnya pada tahun pertama mencapai 15 dan disampaikan oleh dosen di dalam ruangan terbatas, sehingga kemungkinan penyampaian materi dilakukan secara maksimal. Uniknya lagi, beberapa materi pelajaran diampu oleh dua orang dosen, seperti Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, dan Qowaid Fiqh. Karena itulah, Ta’lim ‘Atiq memberlakukan full day school selama lima hari mulai dari pukul delapan pagi hingga enam sore.
5. Besaran Beasiswa
Perihal besarnya beasiswa yang diterima, mahasiswa/pelajar Ta’lim ‘Atiq mendapatkan fasilitas berupa asrama atau rumah/flat, makanan instan atau bahan mentah serta uang saku sebesar 250 sampai 500 dirham perbulan. Besaran uang saku yang diberikan antar Ta’lim ‘Atiq berbeda-beda. Bahkan untuk jenjang kuliah di Madrasah Hasan ll Casablanca uang sakunya mencapai 1500 dirham perbulan. Sedangkan mahasiswa Ta’lim ‘Aly hanya mendapatkan beasiswa berupa uang sebesar 750 perbulan. Namun pihak kampus menyediakan asrama mahasiswa yang bisa ditempati dengan harga yang terjangkau beserta konsumsinya.
Demikianlah perbedaan antara Ta’lim ‘Aly dan Ta’lim ‘atiq. Semoga bisa menjadi referensi sebelum menentukan pilihan melangkahkan kaki untuk mengeruk ilmu di Maroko. Jika butuh kejelasan informasi lebih lanjut, silakan sampaikan di kolom komentar. Merci beaucoup. Salam Maroko Mizyan.
Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini
kontras. Namun di sinilah istimewanya Maroko. Dengan pengelolaan dan manajemennya yang bagus, lembaga-lembaga ini mampu menjadi investasi bagi masa depan bangsanya, terutama dunia keilmuan Islam.
Dan berikut ini adalah 5 perbedaan yang paling mencolok antara Ta’lim ‘Aly dan Ta’lim ‘Atiq:
1. Kelembagaan
Madrasah Imam Nafie Tangier yang merupakan Madrasah Ta'lim 'Atiq. Pict by Irfan Afandi |
2. Jalur yang Bisa Ditempuh
Untuk menempuh dua lembaga tersebut, ternyata pelajar Indonesia harus melewati jalur yang juga berbeda. Ta’lim ‘Aly sebagai buah kerjasama resmi antar pemerintah Indonesia-Maroko hanya bisa ditempuh melalui jalur seleksi yang diselenggarakan oleh Kemenag (Kementerian Agama) Republik Indonesia. Setiap tahun Kemenag memberangkatkan 15 delegasi untuk menerima beasiswa di kampus Ta’lim ‘Aly. Sedangkan Ta’lim ‘Atiq yang merupakan buah kerjasama non resmi bisa ditempuh melalui lembaga kerjasama, seperti PBNU, Pesantren Diniyyah Putri Padang Panjang, dan Pesantren Dar al Mughni al Maliky Bogor. Untuk banyaknya delegasi yang dikirim pun beragam, bahkan cenderung meningkat setiap tahunnya.
3. Seleksi Masuk Kampus
Di kampus-kampus Ta’lim ‘Aly, kita diberikan kebebasan untuk memilih kampus kota mana yang ingin kita tempati, meskipun pada akhirnya keputusan akan tetap berada di tangan AMCI (Agence Marocan Cooperation International). Dan tanpa dites terlebih dahulu Kita bisa langsung masuk di program sarjana semester 1. Sedangkan untuk masuk jenjang kuliah atau program sarjana di Ta’lim ‘Atiq harus melalui seleksi ketat berupa hafalan alquran, baca kitab, gramatika bahasa arab, muhadatsah, dan pengetahuan keagamaan. Jika gagal dalam tes seleksi masuk, maka kita harus rela masuk di jenjang Tsanawy (setara SMA), atau bahkan ‘Idady (setara SMP). Dan di jenjang-jenjang ini kita tak boleh langsung kelas tiga atau hanya mengikutinya dalam waktu satu tahun, tapi harus menjalaninya mulai dari kelas satu. Namun sebagian Ta’lim ‘Atiq mempunyai kebijakan program mustami’ / tamhidy (kelas persiapan) selama satu tahun sehingga kita tidak perlu menunggu hingga tiga tahun untuk masuk jenjang kuliah.
4. Sistem Perkuliahan
Universitas Muhammad V Rabat yang merupakan kampus Ta'lim 'Aly, via taujihpro.com |
5. Besaran Beasiswa
Perihal besarnya beasiswa yang diterima, mahasiswa/pelajar Ta’lim ‘Atiq mendapatkan fasilitas berupa asrama atau rumah/flat, makanan instan atau bahan mentah serta uang saku sebesar 250 sampai 500 dirham perbulan. Besaran uang saku yang diberikan antar Ta’lim ‘Atiq berbeda-beda. Bahkan untuk jenjang kuliah di Madrasah Hasan ll Casablanca uang sakunya mencapai 1500 dirham perbulan. Sedangkan mahasiswa Ta’lim ‘Aly hanya mendapatkan beasiswa berupa uang sebesar 750 perbulan. Namun pihak kampus menyediakan asrama mahasiswa yang bisa ditempati dengan harga yang terjangkau beserta konsumsinya.
Demikianlah perbedaan antara Ta’lim ‘Aly dan Ta’lim ‘atiq. Semoga bisa menjadi referensi sebelum menentukan pilihan melangkahkan kaki untuk mengeruk ilmu di Maroko. Jika butuh kejelasan informasi lebih lanjut, silakan sampaikan di kolom komentar. Merci beaucoup. Salam Maroko Mizyan.
Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini
tnx pak
ReplyDeleteBeasiswa dari kemenag untuk para mahasiswa di maroko meliputi apa saja ?? dan apakah masih harus membayar asrama atau biaya hidup lainnya ??
ReplyDeleteBeasiswa meliputi gratsi biaya pendidikan dan uang sebesar 1500 Dirham per dua bulan. Adapun biaya asrama dan kebutuhan hidup lain tdk termasuk beasiswa yang diberiian.
Deletejadi tidak ada uang yang harus kita keluarkan lagi selama kuliah disana? apakah semua uang tunjnagan itu mencukupi biaya hidup disana atau harus ada tambahan lagi?
DeleteMelihat daripada banyaknya kebutuhan, uang tunjangan tidak akan mencukupi.
DeleteNamun kamu berkesempatan untuk lepas dari tanggungan orang tua dwngan berwirausaha, menjadi tour guide, dll.
kalau misalnya mau bawa keluarga apa bisa yah?
ReplyDeleteBisa sekali
DeleteAssalamualaikum ustad, asramanya sendiri atau ramai, terus harga sewa asrama nya brpa ustad, syukran ustad
ReplyDeleteassalamulaikum.. untuk beasiswa kemenag itu melalui program beasiswa kemenag apa? dan jadwal pendaftaran biasanya dimulai bulan apa?
ReplyDeletejazakumullah