Hai, Sobat Maroko Mizyan. Sekarang ada yang baru di Maroko Mizyan. Setelah beberapa postingan sebelumnya hanya
menyampaikan tentang Maroko dan pendidikannya, sekarang kita akan membagi kisah
dan pengalaman sahabat kita, para mahasiswa yang ada di Maroko. Dan untuk edisi
pertama kali ini, sahabat kita seorang gadis Minang akan berbagi kisahnya. Seperti
apa? Berikut petikan wawancara kami;
Assalamualaikum, Ukhty Faizatun Nadia. Sebelumnya, silakan
perkenalkan diri terlebih dahulu agar Sobat Maroko Mizyan dapat mengenalmu
lebih dalam.
Waalaikumussalam. Hai, nama saya Faizatun Nadia, biasa dipanggil
Nadia. Saya berasal dari Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Saya alumni
Pondok Diniyyah Putri, Padang Panjang, sebuah lembaga pendidikan Islam khusus
putri termasuk kepala sekolahnya juga. Saya sekarang sedang menempuh Program
Sarjana jurusan Dirasat Islamiyyah di Ma’had Imam Nafie, Kota Tangier.
Apa yang Kamu ketahui tentang Maroko sebelumnya, dan mengapa kamu
akhirnya memilihnya sebagai tujuan tempat belajar?
Maroko yang saya tahu adalah salah satu negara Timur Tengah yang
menjadi pusat pendidikan Islam, terkenal dengan banyaknya ulama dan masih
jernihnya pemikiran keagamaan yang ada. Dulu saya juga sempat penasaran dengan
yang namanya Multaqo al Bahrain, hal ajaib yang ada dalam al Quran.
Ingin sekali membuktikan, benar tidak yang dikatakan al Quran itu, ataukah itu
hanya buatan manusia? Dan ternyata keajaiban ini memang nyata, bukan buatan
manusia, kita bisa melihat dengan jelas perbedaan air tawar dan air laut yang
berdampingan namun tak bisa bersatu.
Selain itu, di Diniyyah Putri jalur yang sangat terbuka saat itu
adalah ke Maroko. Di mana, sekolah sudah membuat kerjasama dengan Maroko, dan
ini tentu memudahkan langkah saya untuk langsung terbang ke Timur Tengah.
Maroko juga merupakan negara yang aman, belum banyak jumlah mahasiswa
Indonesia, sehingga kita bisa lebih merasakan dunia ke-Arab-an. Karena
kabarnya, negara seperti Mesir sudah terlalu banyak jumlah mahasiswa Indonesia.
Mereka setiap hari terlalu banyak berinteraksi dengan orang-orang Indonesia.
Jadi di Maroko kita bisa lebih mempraktikkan Bahasa Arab yang benar. Meskipun
di sini memakai bahasa Arab Darija sih, tapi namanya belajar, kita pakai
dua-duanya.
Jadi, mengapa saya pilih Maroko adalah, pertama karena ingin
membuktikan Multaqo al Bahrain. Kedua, karena terbukanya kesempatan. Dan
yang ketiga adalah restu orangtua. Orangtua bilang kalau Maroko adalah negara
yang aman, tentram, jarang terjadi kriminal dan bencana.
Bagaimanakah sistem pembelajaran yang ada di Ma’had Imam Nafie
Tangier, tempat kamu belajar?
Jadi di sini sistemnya masih klasik seperti zaman dahulu. Talaqqi bukan diadakan di Aula luas, tetapi di
ruang yang terbatas. Jadi pertemuan guru dan murid bisa lebih berarti, dan kita
bisa mendengar dan menerima ilmu dengan baik. Mubasyaroh, tidak seperti
perkuliahan pada umumnya. Saya juga suka dengan keteraturandan kerapian
pengelolaan oleh pihak kampus, seperti cek kehadiran, ujian yang terkonsep,
jadwal yang tertata dan tidak berubah-ubah. Guru di sini menyampaikan pelajaran
dengan sangat rinci dan sangat jelas, yang membuat kami mampu mengerti dan
memahami semua pelajaran. Jadilah ulama yang tahu banyak hal dan hafal banyak
hal karena sistem pembelajarannya.
Baca juga Perbedaan Ta'lim 'Aly dan Ta'lim 'Atiq
Kalau tidak salah kampus ini juga menyediakan beasiswa. Meliputi
apa sajakah beasiswa yang diberikan?
Beasiswa di sini meliputi uang jajan, tempat tinggal, uang makan,
uang listrik dan uang air. Jadi beasiswa awalnya sebesar 500 Dirham per bulan, lalu
dipotong untuk kebutuhan hidup, makan dan sebagainya, 250 Dirham untuk
kebutuhan dan 250 Dirham untuk uang jajan. Menurut saya sistem beasiswa seperti
ini lebih bagus, karena kita tak perlu repot mencari dan memikirkan kebutuhan
hidup yang bisa jadi uangnya tidak akan bisa mencukupi.
Untuk sekolah dan beasiswa ini menurutku sudah cukup lah untuk
standar mahasiswa. Ada orang pas dan ada orang yang kurang. Pas kalau kita
alokasikan hanya untuk kebutuhan sekolah, dan tidak pas kalau kita gunakan
untuk jajan, ke Mall, dan sebagainya. Karena di Imam Nafie ini kita dituntut
untuk gigih dalam belajar, tidak memandang dari banyaknya beasiswa. Jadi
menurutku yang belajar di Imam Nafie ini menilai dari sisi kemahiran guru,
ketotalitasan guru dalam mengajar, serta bagaimana sekolah itu menghimpun
murid-muridnya secara gamblang, sehingga mampu memenuhi semua hak-hak muridnya.
Bagaimana kesanmu terhadap negara Maroko secara keseluruhan?
Kalau menurut pandangan saya baik. Karena untuk kualitas nilai
agamanya, al Qur’annya bagus, dan keramahan masyarakat juga bagus. Itu, sih yang
saya rasakan di Kota Tangier, entah kota lain. Kemudian semangat Orang Maroko
dalam belajar juga bagus. Mereka tak pernah memandang batasan usia sebagai
penghalang untuk belajar dan menuntut ilmu. Jadi menurutku layak lah untuk dijadikan
tempat tujuan belajar.
Terakhir, Apa pesan-pesanmu kepada para calon mahasiswa yang akan
belajar ke Maroko, khususnya di Ma’had Imam Nafie Tangier?
Pesan saya, jalanilah segala sesuatu dengan santai namun pasti. Enjoy
boleh tapi jangan terlalu santai yang tidak menghasilkan apa-apa. Dan saya
yakin dengan segala kesulitan dan kewalahan yang kita hadapi, semuanya akan
membawa dampak positif dan bernilai pada masanya kelak. Dan intinya kita pasti
bisa menaklukkan dunia, meraih surga.
Demikianlah sedikit pengalaman sahabat kita tentang belajarnya di
Kota Tangier Maroko, semoga dapat memberikan gambaran dan motivasi bagi Sobat
Maroko Mizyan yang berminat untuk belajar di Maroko. Merci beaucoup.
Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini
Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini
artikel yang bagus, kisahnya sangat menginspirasi
ReplyDelete