Update Info Penting Via Facebook!

Kisah Faizatun Nadia, Gadis Minang yang Kuliah di Maroko


Hai, Sobat Maroko Mizyan. Sekarang ada yang baru di Maroko Mizyan. Setelah beberapa postingan sebelumnya hanya menyampaikan tentang Maroko dan pendidikannya, sekarang kita akan membagi kisah dan pengalaman sahabat kita, para mahasiswa yang ada di Maroko. Dan untuk edisi pertama kali ini, sahabat kita seorang gadis Minang akan berbagi kisahnya. Seperti apa? Berikut petikan wawancara kami;


Assalamualaikum, Ukhty Faizatun Nadia. Sebelumnya, silakan perkenalkan diri terlebih dahulu agar Sobat Maroko Mizyan dapat mengenalmu lebih dalam.

Waalaikumussalam. Hai, nama saya Faizatun Nadia, biasa dipanggil Nadia. Saya berasal dari Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Saya alumni Pondok Diniyyah Putri, Padang Panjang, sebuah lembaga pendidikan Islam khusus putri termasuk kepala sekolahnya juga. Saya sekarang sedang menempuh Program Sarjana jurusan Dirasat Islamiyyah di Ma’had Imam Nafie, Kota Tangier.
 
Faizatun Nadia, gadis Minang yang sekarang berkuliah di Maroko

Apa yang Kamu ketahui tentang Maroko sebelumnya, dan mengapa kamu akhirnya memilihnya sebagai tujuan tempat belajar?

Maroko yang saya tahu adalah salah satu negara Timur Tengah yang menjadi pusat pendidikan Islam, terkenal dengan banyaknya ulama dan masih jernihnya pemikiran keagamaan yang ada. Dulu saya juga sempat penasaran dengan yang namanya Multaqo al Bahrain, hal ajaib yang ada dalam al Quran. Ingin sekali membuktikan, benar tidak yang dikatakan al Quran itu, ataukah itu hanya buatan manusia? Dan ternyata keajaiban ini memang nyata, bukan buatan manusia, kita bisa melihat dengan jelas perbedaan air tawar dan air laut yang berdampingan namun tak bisa bersatu.

Selain itu, di Diniyyah Putri jalur yang sangat terbuka saat itu adalah ke Maroko. Di mana, sekolah sudah membuat kerjasama dengan Maroko, dan ini tentu memudahkan langkah saya untuk langsung terbang ke Timur Tengah. Maroko juga merupakan negara yang aman, belum banyak jumlah mahasiswa Indonesia, sehingga kita bisa lebih merasakan dunia ke-Arab-an. Karena kabarnya, negara seperti Mesir sudah terlalu banyak jumlah mahasiswa Indonesia. Mereka setiap hari terlalu banyak berinteraksi dengan orang-orang Indonesia. Jadi di Maroko kita bisa lebih mempraktikkan Bahasa Arab yang benar. Meskipun di sini memakai bahasa Arab Darija sih, tapi namanya belajar, kita pakai dua-duanya.

Jadi, mengapa saya pilih Maroko adalah, pertama karena ingin membuktikan Multaqo al Bahrain. Kedua, karena terbukanya kesempatan. Dan yang ketiga adalah restu orangtua. Orangtua bilang kalau Maroko adalah negara yang aman, tentram, jarang terjadi kriminal dan bencana.


Bagaimanakah sistem pembelajaran yang ada di Ma’had Imam Nafie Tangier, tempat kamu belajar?

Jadi di sini sistemnya masih klasik seperti zaman dahulu. Talaqqi  bukan diadakan di Aula luas, tetapi di ruang yang terbatas. Jadi pertemuan guru dan murid bisa lebih berarti, dan kita bisa mendengar dan menerima ilmu dengan baik. Mubasyaroh, tidak seperti perkuliahan pada umumnya. Saya juga suka dengan keteraturandan kerapian pengelolaan oleh pihak kampus, seperti cek kehadiran, ujian yang terkonsep, jadwal yang tertata dan tidak berubah-ubah. Guru di sini menyampaikan pelajaran dengan sangat rinci dan sangat jelas, yang membuat kami mampu mengerti dan memahami semua pelajaran. Jadilah ulama yang tahu banyak hal dan hafal banyak hal karena sistem pembelajarannya.


Kalau tidak salah kampus ini juga menyediakan beasiswa. Meliputi apa sajakah beasiswa yang diberikan?

Beasiswa di sini meliputi uang jajan, tempat tinggal, uang makan, uang listrik dan uang air. Jadi beasiswa awalnya sebesar 500 Dirham per bulan, lalu dipotong untuk kebutuhan hidup, makan dan sebagainya, 250 Dirham untuk kebutuhan dan 250 Dirham untuk uang jajan. Menurut saya sistem beasiswa seperti ini lebih bagus, karena kita tak perlu repot mencari dan memikirkan kebutuhan hidup yang bisa jadi uangnya tidak akan bisa mencukupi.

Untuk sekolah dan beasiswa ini menurutku sudah cukup lah untuk standar mahasiswa. Ada orang pas dan ada orang yang kurang. Pas kalau kita alokasikan hanya untuk kebutuhan sekolah, dan tidak pas kalau kita gunakan untuk jajan, ke Mall, dan sebagainya. Karena di Imam Nafie ini kita dituntut untuk gigih dalam belajar, tidak memandang dari banyaknya beasiswa. Jadi menurutku yang belajar di Imam Nafie ini menilai dari sisi kemahiran guru, ketotalitasan guru dalam mengajar, serta bagaimana sekolah itu menghimpun murid-muridnya secara gamblang, sehingga mampu memenuhi semua hak-hak muridnya.


Bagaimana kesanmu terhadap negara Maroko secara keseluruhan?

Kalau menurut pandangan saya baik. Karena untuk kualitas nilai agamanya, al Qur’annya bagus, dan keramahan masyarakat juga bagus. Itu, sih yang saya rasakan di Kota Tangier, entah kota lain. Kemudian semangat Orang Maroko dalam belajar juga bagus. Mereka tak pernah memandang batasan usia sebagai penghalang untuk belajar dan menuntut ilmu. Jadi menurutku layak lah untuk dijadikan tempat tujuan belajar.


Terakhir, Apa pesan-pesanmu kepada para calon mahasiswa yang akan belajar ke Maroko, khususnya di Ma’had Imam Nafie Tangier?

Pesan saya, jalanilah segala sesuatu dengan santai namun pasti. Enjoy boleh tapi jangan terlalu santai yang tidak menghasilkan apa-apa. Dan saya yakin dengan segala kesulitan dan kewalahan yang kita hadapi, semuanya akan membawa dampak positif dan bernilai pada masanya kelak. Dan intinya kita pasti bisa menaklukkan dunia, meraih surga.



Demikianlah sedikit pengalaman sahabat kita tentang belajarnya di Kota Tangier Maroko, semoga dapat memberikan gambaran dan motivasi bagi Sobat Maroko Mizyan yang berminat untuk belajar di Maroko. Merci beaucoup.

Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini

1 Response to "Kisah Faizatun Nadia, Gadis Minang yang Kuliah di Maroko"