Update Info Penting Via Facebook!

Profil Madrasah Imam Nafie Tangier Maroko


Profil Madrasah Imam Nafie Tangier – Satu madrasah yang patut diketahui bagi yang ingin melanjutkan studi di Maroko adalah Madrasah Imam Nafie. Terletak di kota Tangier, tepatnya di ujung utara negeri, madrasah ini berbeda dengan tempat tujuan mahasiswa Indonesia lainnya karena sistem pembelajarannya yang klasik sebagaimana pesantren salaf di Indonesia. Orang di sini menyebutnya Madrasah Khossoh li Ta’lim ‘Atiq atau biasa disebut juga Ma’had ‘Atiq.
Sejarah Singkat
Madrasah Imam Nafie pertama kali dibangun oleh oleh seorang dermawan bernama H. Muhammad Arba’i pada tahun 1994. Dr. Muhammad Assaidi kemudian dipercaya memegang madrasah ini sekaligus sebagai direktur madrasah hingga saat ini.

Pada mulanya, madrasah ini hanya berupa kuttab (sebutan untuk pesantren khusus menghafalkan alqur’an), kemudian berkembang dengan membuka jenjang ‘Idady (SMP) dan Tsanawy (SMA). Pada tahun 2003, jenjang Ibtidaiy (SD) dibuka. Madrasah ini terus berkembang dengan menambah beberapa kuttab dan jenjang pendidikan lain yang tidak berfokus pada satu lokasi gedung saja, melainkan tersebar di berbagai penjuru kota Tangier, termasuk madrasah khusus putra dan putri.

Pada tahun ajaran 2009/2010, barulah jenjang Nihai/ Jami’i (perkuliahan program sarjana) dibuka. Gedungnya masih menyatu dengan Tsanawy dan ‘Idady Imam Nafie pusat, serta pelajar putra dan putri masih berbaur menjadi satu. Saat ini terdapat sekitar 14 cabang Madrasah Imam Nafie.

Madrasah ini merupakan madrasah Ta’lim ‘Atiq pertama yang disinggahi pelajar Indonesia untuk belajar. Tepatnya setelah ketua PBNU, KH. Said Aqil Siraj menyampaikan Durus Hassaniyah di depan raja Maroko. Beliau dipercaya sebagai tamu kehormatan sekaligus menyampaikan ceramah ilmiah di momen itu. Tampaknya beliau berhasil mengambil hati raja hingga kemudian memberikan hadiah berupa MoU kerjasama pendidikan. Mulai tahun 2010, PBNU resmi mengirimkan delegasinya ke lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Wakaf dan Urusan Keislaman, yang mana kemudian dipercayakan kepada Madrasah Imam Nafie Tangier.

Sistem Pembelajaran
Untuk masuk di jenjang kuliah, pada umumnya Ta’lim ‘Atiq memberlakukan syarat yang ketat. Mulai dari jenjang Idady, calon siswa yang mendaftar diharuskan hafal Alquran 30 juz. Begitu pula jenjang Nihai. Tidak hanya itu, uji kompetensi ilmu agama, hafalan bait – bait dan matan hadits juga diberlakukan. Hanya saja, untuk syarat hafal 30 juz ini digugurkan terhadap calon pelajar asing/ non Maroko.

Ujian mental yang harus dihadapi oleh pelajar Indonesia maupun pelajar asing lainnya yang mengikuti tes seleksi masuk jenjang Nihai adalah kemungkinan tidak lulus dan mengharuskan untuk masuk jenjang Tsanawy (3 tahun) atau bahkan Idady (3 tahun). Selain karena lamanya waktu yang diperlukan untuk sekedar menerima gelar LC atau S1, sistem pembelajaran di jenjang ini juga dikenal ketat dan keras, bahkan dengan jadwal yang jauh lebih padat.

Madrasah Imam Nafie ini bertajuk madrasah salaf, atau sistem pembelajaran klasik. Jenjang Nihai (Institut Imam Nafie), kelas bermula pukul 8 pagi hingga 6 sore. Bisa dibilang fullday school dan hari libur hanya kamis dan jumat. Jurusan yang tersedia pun hanya Islamic Studies. Meskipun demikian, terdapat juga mata kuliah umum seperti Bahasa Inggris, Prancis, hukum, dan ilmu humaniora.

Tidak seperti kampus lain yang menggunakan sistem perkuliahan per semester, di Ta’lim ‘Atiq sistem yang dipakai adalah tahun kelas; kelas satu, dua dan tiga. Setiap kelas dihuni oleh tigapuluhan pelajar seperti saat – saat sekolah menengah. Tidak banyak diskusi, tugas maupun presentasi di kelas. Proses belajar mengajar bisa dibilang pasif karena pelajar hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari dosen. Tidak ada KKN, sistem kelulusan didasarkan pada skripsi dan imtihan wathony  (ujian nasional). 

Salah satu keunggulan madrasah ini adalah terdapat dua dosen yang mengampu mata kuliah pokok, seperti tafsir, haduts, fiqh, ushul fiqh, serta qowaid fiqh. Jadi untuk urusan pendalam materi sangat bagus.

Besaran Beasiswa
Setiap pelajar asing mendapatkan uang sekitar 500 Dirham (sekitar 700 ribu rupiah) perbulan. Namun karena tempat tinggal seisinya dan bahan logistik sudah menjadi tanggungan madrasah, maka hanya mendapatkan 250 Dirham saja. Jadi kita tak perlu lagi pusing memikirkan biaya tagihan listrik, air, gaz, dan lain – lain. Sembako seperti beras, gula, minyak, selai, keju, serta sayuran juga diberikan setiap pekan. Mahasiswa asing disediakan rumah khusus yang berbeda dengan asrama pelajar Maroko.

Demikianlah Profil Madrasah Imam Nafie Tangier, semoga dapat memberikan gambaran bagi yang ingin melanjutkan kuliah di Maroko. Jika ada hal lain yang ingin ditanyakan, silakan tulis di kolom komentar.

Baca informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini

1 Response to "Profil Madrasah Imam Nafie Tangier Maroko"