MarokoMizyan_Di dunia ini, sisi hitam dan putih pasti selalu berdampingan. Begitu
juga dengan apa yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa Indonesia di
Maroko. Di balik Maroko merupakan negara elok yang kaya akan keilmuaannya untuk
digali, ternyata Maroko juga menyimpan banyak hal yang membuat para pencari
ilmu merasa tidak nyaman. Apa sajakah itu? Berikut hal-hal tidak menyenangkan
yang paling dirasakan oleh mahasiswa Indonesia di Maroko;
1. Musim
Bagi orang Indonesia yang biasa dengan
musim tropis, tentu akan sangat terganggu dengan hadirnya empat musim saat
sedang kuliah di Maroko. Gangguan terbesar bisa jadi terjadi pada musim dingin,
di mana dalam kondisi cuaca yang dingin tubuh akan merasa berat untuk bergerak
dan beraktifitas, seperti berangkat kuliah, belanja di pasar, menghadiri majlis
ilmu dan lain-lain. Pada musim dingin juga kebutuhan flat atau rumah meningkat,
seperti untuk kebutuhan penghangat ruangan dan pemanas air. Saat musim panas
tiba, orang Indonesia yang biasa dengan suhu teratas 30-an derajat, harus
bersiap untuk menyediakan kipas terdingin dan mandi empat kali sehari. Pasalnya,
suhu musim panas di beberapa kota Maroko di atas 40 derajat, bahkan ada yang 50
derajat.
2. Makanan
Jika Indonesia merupakan surga makanan
enak dan beragam, hampir setiap daerah punya makanan khas andalan yang beragam
dan penuh cita rasa, tidak dengan Maroko. Di Maroko kita hanya punya pilihan
untuk mengonsumsi makanan yang itu-itu saja. Kuliner Maroko didominasi oleh
aneka roti yang biasa dikonsumsi saat sarapan pagi, biasanya dikombinasikan dengan
minyak zaitun, keju, selai maupun madu. Selain itu, kacang-kacangan juga
menjadi menu sehari-hari. Olahan daging biasa disajikan saat acara tertentu,
namun cara masak dengan bumbu khas Arab yang membuat cita rasanya yang berbeda
dengan apa yang biasa kita makan. Perlu penyesuaian lidah yang tidak sebentar
dalam urusan ini.
3. Biaya Hidup Mahal
Letak geografisnya yang berbatasan dengan
benua Eropa membuat biaya hidup di Maroko cenderung mahal. Barang kebutuhan
seperti beras, bahan makanan, buku dan fotokopi, maupun kehidupan hidup lainnya
memang lebih mahal dibanding Indonesia. Tak hanya itu, harga bahan bakar dan
biaya transportasi juga lebih tinggi. Bagi mahasiswa dengan dompet mepet, tentu
harus pintar-pintar memanage keuangan agar tidak gigit jari sebelum awal
bulan tiba.
4. Minim Fasilitas Umum
Harus diakui, Maroko memang serius dalam
usaha penataan lingkungan dan pengadaan ruang terbuka hijau. Namun dalam urusan
fasilitas dan toilet umum, Maroko nomor sekian. Jika ingin bepergian, pastikan
sudah beres dengan urusan buang air karena jarang sekali toilet umum yang dapat
dipakai. Bahkan masjid pun ditutup dan dikunci rapat di luar jam-jam sholat. Tak
heran jika tempat-tempat umum layaknya pasar, terminal, taman maupun pinggir jalan menyuguhkan aroma yang
tak sedap.
5. Watak Orang Maroko Keras
Bangsa Arab memang terkenal dengan
wataknya yang keras, suka berdebat dan ingin menang sendiri. Begitu pula dengan
Orang Maroko. Saat berbincang, siap saja kita untuk menjadi pendengar fulltime
karena orang Maroko sangat gemar berbicara. Saat ingin mengemukakan pendapat
biasanya langsung dipotong dan seakan-akan kita tak boleh berbicara serta harus
berada di bawah kendalinya. Saat di pasar maupun terminal, adu mulut dan baku
hantam antar orang Maroko juga biasa kita temui.
Ilustrasi kemarahan Orang Arab, via Dreamstime.com |
6. Rumitnya Administrasi
Barangkali poin nomor 5 menjadi salh satu
alasan rumitnya administrasi yang ada. kita harus bersiap untuk menghadapi
rumitnya pengurusan administrasi saat berada di kampus maupun sedang membuat kartu
izin tinggal. Urusan administrasi di Maroko kebanyakan tidak terorganisir
dengan baik dan penuh ketidakpastian. Bahkan di sebagian kampus, ijazah baru
keluar setelah satu tahun kelulusan. Kerumitan ini juga diperkuat dengan
kebiasaan orang Maroko yang suka ingkar janji. Janji menunggu lima menit
realitanya dua jam, tiga hari nyatanya dua minggu.
7. Tanpa Program Bahasa
Sebaiknya jangan mencoba-coba untuk
kuliah di Maroko kalau kemampuan bahasa Arab masih rendah. Karena durasi kuliah
di Maroko yang hanya tiga tahun dan tidak adanya program penguatan bahasa dikhawatirkan
bisa membuat kita hanya sekedar lulus tanpa diiringi kualitas. Bahasa adalah
kunci pengetahuan, dan orientasi kuliah di Maroko adalah ilmu-ilmu keislaman
yang semuanya menggunakan bahasa Arab. Kuliah adalah fase di mana seseorang
seharusnya hanya butuh meningkatkan kemampuan dan potensi diri, bukan menemukan
dan memulai pondasinya. Jika kualitas bahasa Arab kita masih rendah tentu akan
sulit untuk mengimprove ilmu pengetahuan, meskipun urusan lulus kuliah
dapat disiasati dengan menghafal materi kuliah.
baca juga 7 Alasan Kuliah di Maroko
Demikian 7 hal tidak menyenangkan saat
kuliah di Maroko. Bisa saja suatu hal tidak menyenangkan menurut sebagian
orang tapi tampak menarik bagi sebagian yang lain. Dan setiap orang punya cara
masing-masing untuk memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap hal baru
yang Ia temui. Orang hebat adalah Ia yang suka dengan tantangan untuk kemudian
ditaklukkan. Jika ada hal yang ingin diutarakan jangan lupa tulis di kolom
komentar. Merci beaucoup.
Baca juga informasi penting dan menarik lainnya melalui jelajah peta situs di sini
0 Response to "7 Hal Tidak Menyenangkan Saat Kuliah di Maroko"
Post a Comment